Untuk pertanyaan Mbak Agil mengenai biaya instalasi sebesar Rp 7.300.000,00 (mesin diesel = Rp 2.500.000, conversion kit+mixer = (Rp 4.800.000)), hanya saja masih dapat lebih murah sebetulnya (harga dapat ditekan dari conversion kit+mixer hingga Rp 800.000,00 namun kembali lagi ke faktor kualitas)
Lalu untuk Break Even point akan saya ambil contoh untuk peternakan skala sedang (hanya memiliki 60 ekor sapi, dan dapat menghasilkan energi sebesar 73,2 kWh) maka BEP dapat tercapai kira-kira 8,7 bulan, rinciannya :
Pendapatan yang kita peroleh itu antara lain :
Listrik PLN sebesar Rp 545/kWh
biaya beban Rp 30.000/kVA
sedangkan biaya pengeluarannya adalah biaya opersional (fixed cost dan variable cost) 1 tahun penuh sebesar Rp 11.184.700,00, terdiri dari
biaya kebutuhan bahan bakar selain biogas : Rp 2.891.000/tahun
perawatan rutin : Rp 125.000,00/tahun
biaya operator : Rp 7.300.000,00/tahun
depresiasi engine : Rp 868.700,00/tahun
biaya investasi dari instalasi untuk kredit bank Rp 1.368.700,00/tahun
sehingga jika kita hitung Break Even Point itu bakalan tercapai kira-kira 8,7 bulan.
Sebetulnya jika kita lihat dari jumlah energi yang dihasilkan memang cukup kecil, namun jika kita gunakan seluruh potensi sapi di suatu daerah, ambil contoh Jawa Tengah yang memiliki sapi perah sebanyak 119026 ekor dan sapi potong sebanyak 13344495(dari data pada tahun 2002) ekor maka energi yang dihasilkannya pun jauh lebih baik.
Lalu mengenai penghematan, artikel yang saya tulis 70% bukan 60%. Kalo mas nanya kenapa kok hanya 70%, salah 1 penyebabnya karena faktor alat, engine diesel itu pada prinsipnya tetap membutuhkan bahan bakar sebagai pengganti busi pada engine biasa (ada di salah 1 mata kuliah di semester 6). Lalu salah 1 alasan lagi karena Biogas itu titik nyala pembakarannya cukup tinggi, sekitar 645
0c-750
0c, maka dari itu setidaknya dibutuhkan 20% solar sebagai bahan bakar sampingan(dari artikel-artikel yang saya baca di Indonesia paling besar dapat menghemat solar sebanyak 80%).
Kalau mengenai kinerja Biogas di dalam Engine sebetulnya permasalahannya terletak pada suhu awal kompresi dan rasio kompresi mesin, temperature awal kompresi jangan sampai lebih dari 80
0c agar tidak terjadi pembakaran awal, karena yang masuk itu tidak hanya biogas yang memang memiliki titik nyala pembakaran cukup tinggi, namun juga udara. Lalu rasio kompresi yang diperlukan sekitar 10-12(hal ini sudah jelas dikarenakan titik nyala dari biogas yang besar)
Sedangkan Faktor yang mempengaruhi biogas yang dihasilkan itu antara lain temperature, Ph, nutrisi, faktor konsentrasi padatan kotoran sapi.
Kalau ingin tahu lebih lengkapnya ada di
www.docstoc.com/docs/9330653/10022950