Majalah Energi

sustainable energy monthly magazine

Majalah Energi, ...untuk masa depan yang lebih baik...

Katalis "Hijau" Produksi ITB

Attention: open in a new window. PDFPrintE-mail

Wednesday, 28 December 2011 12:37


>ITB


Pertamina kini tidak perlu mengimpor katalis untuk salah satu proses pengolahan minyak mentah. Seorang mahasiswa doktor dari program studi Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) telah mampu membuatnya di dalam negeri.

Maria Ulfah, mahasiswi yang telah mempertahankan disertasinya yang berjudul "Hydrotreating Nafta dengan Katalis NiMo Berpenyangga Gama-Alumina," berhasil membuat katalis tersebut. Dia mampu memproduksi pada skala laboratorium, skala pilot, dan bahkan saat ini telah digunakan oleh Pertamina RU-II Dumai selama 4 bulan dan terus berjalan.

Proses hydrotreating merupakan salah satu proses penting dalam pengolahan minyak bumi untuk menyingkirkan senyawa-senyawa kotor seperti sulfur, nitrogen, oksigen, nikel, dan vanadium. Biasanya Pertamina membutuhkan sekitar 2.000 ton per tahun katalis yang harus diimpor dari luar negeri.

Katalis hydrotreating nafta yang dikembangkan Ulfah dinamakan TN 100-2T. Ia adalah jenis NiMo yang merupakan larutan stabil dari logam molibdenum sebagai zat aktif dan nikel sebagai promotor. Larutan ini kemudian disangga oleh senyawa gama-alumina menjadi bentuk-bentuk trilog dengan luas permukaan yang optimal.

TN 100-2T ini memiliki kinerja yang setara, bahkan lebih baik, dalam beberapa aspek dibandingkan dengan kinerja katalis komersial yang diimpor. Temperatur operasinya pun lebih rendah, sehingga penghematan energi dapat dilakukan.

"Beginilah sebaiknya sebuah penelitian dilakukan. Tidak hanya berhenti hingga publikasi, namun terus dilanjutkan hingga menemukan bentuk aplikasinya dalam kehidupan nyata." demikian ungkap Dr. Melia Laniwati sebagai co-promotor penelitian tersebut.

Sumber: itb
.

Artikel Lainnya

4 000 Biogas Rumah

Attention: open in a new window. PDFPrintE-mail

Tuesday, 27 December 2011 11:50


>Keluarga Jajang dan Fatima menerima penghargaan dari Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Tjeerd de Zwaan

Program Biru (Biogas Rumah) yang dilaksanakan oleh organisasi Hivos dan SNV dari Belanda menggelar acara perayaan. Ini untuk menandai tercapainya 50 persen dari target pembangunan implementasi reaktor biogas untuk rumah tangga. Acara bertempat di Bandung pada 23 November.

Biru adalah program yang dimulai sejak 15 Mei 2009 dan akan berjalan selama 4 tahun sampai 31 Desember 2012. Ia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup rumah tangga di 8 provinsi di Indonesia. Target yang ditetapkan adalah minimal 8.000 reaktor biogas. Seluruh pendanaan program ini berasal dari Kedutaan Besar Kerajaan Belanda dan mendapat dukungan dari Dirjen EBTKE.

Pada perayaan itu, keluarga Jajang dan Fatima dari Pasir Ipis, Lembang, Bandung, terpilih sebagai pengguna Biru yang ke-4000. Setelah dua bulan memiliki reaktor biogas, keluarga ini merasakan manfaat biogas untuk memasak. Sedangkan ampas biogas digunakan untuk pupuk di kebun sayur dan bunga.

Penghargaan juga diberikan kepada seluruh pihak yang terlibat pada program Biru. Wahyudi dari Koperasi Setia Kawan, Pasuruan, Jawa Timur, terpilih sebagai tenaga pembangun terbaik. CV Khazanah Bahari dari Bandung terpilih sebagai Organisasi Mitra Pembangun paling inovatif. Kemudian Koperasi Setiakawan terpilih sebagai Organisasi Mitra Pembangun terbaik.

Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Tjeerd de Zwaan, dalam sambutannya menyebutkan bahwa pencapaian Biru menunjukkan pentingnya pengembangan kapasitas sumber daya yang memberikan hasil nyata.

"Kerjasama multi-aktor antara Biru dan SNV, pemerintah, mitra pembangun, koperasi dan lembaga penyedia kredit ini telah berhasil menyediakan energi baru terbarukan biogas bagi lebih dari 4,000 rumah tangga peternak dalam jangka waktu dua setengah tahun.” lanjut Robert de Groot, manajer Hivos.
Saat ini Biru sudah membangun 4.133 unit reaktor biogas, dengan dibantu oleh 39 organisasi mitra pembangunan. Ia juga melakukan pelatihan kepada 475 orang pembangun serta 102 orang supervisor.


Sumber: biru
.
   

Sarulla, Sumut: Panas Bumi Terbesar Di Dunia

Attention: open in a new window. PDFPrintE-mail

Thursday, 15 December 2011 11:55


>Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Sarulla, Sumatera Utara

Pemerintah menyatakan bahwa pengembangan pembangkit listrik panas bumi (PLTP) Sarulla, Sumatera Utara, dengan kapasitas 3 x 110 MW akan dialihkan kepada PLN.

”Jika dikembangkan, Sarulla akan menjadi pembangkit listrik terbesar,” ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kardaya Warnika di Jakarta.

PLTP Sarulla dapat memperkuat pasokan listrik di wilayah Sumatera Utara sehingga tidak terjadi byar-pet lagi. Menurut Kardaya, saat ini pihaknya tengah berupaya menyelesaikan kisruh Sarulla dengan melihat dari berbagai aspek, diantaranya hukum, pendanaan, dan sebagainya.

Alasan lain Sarulla perlu dikembangkan, "Karena ini energi terbarukan, tidak menimbulkan dampak negatif, disamping itu harga jual listrik ke PLN relatif murah. Katakanlah jika di pasaran sekarang harga jual 9 sen USD per kwh, Sarulla cuma 6 sen USD," jelas Kardaya.

Proyek PLTP Sarulla bermula dari ditetapkannya daerah panas bumi Sarulla-Sibual Buali-Namora langit menjadi Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Sibual Buali dengan luas 437.458 hektar (Ha) melalui SK Menteri Pertambangan dan Energi No.1521.K/034/M.PE/1990.

Kemudian pada 12 Mei 2006, PLN telah menunjuk pemenang urutan kedua pada saat tender untuk pengembangan Sarulla yaitu konsorsium Medco, Ormat, Itochu, dan Kyushu dengan harga dasar listrik (base electricity price) sebesar 4,64 sen USD per kWh.

Namun, hingga saat ini pengembangan PLTP Sarulla mengalami banyak kendala, antara lain permasalahan harga dan kesepakatan operasional. Akibatnya PLN berencana untuk segera mengerjakan proyek ini sendiri tahun ini juga agar manfaatnya dapat segera dinikmati masyarakat.

Sumber: esdm
.
   

Page 12 of 39

«StartPrev11121314151617181920NextEnd»

Joomla SEO powered by JoomSEF

Majalah

Lihat edisi