Majalah Energi

sustainable energy monthly magazine

Majalah Energi, ...untuk masa depan yang lebih baik...

Biodiesel dari Buaya

Attention: open in a new window. PDFPrintE-mail

Monday, 14 November 2011 09:37


>Ilustrasi - Buaya

Amerika Serikat. Di tengah kekhawatiran bahwa menggunakan kedelai dan tanaman pangan lainnya untuk memproduksi bahan bakar biodiesel akan menaikkan harga makanan, para ilmuwan telah mengidentifikasi bahan baku baru yang tidak umum sebagai bahan bakar yaitu lemak buaya.

Laporan yang dilansir pada Journal Industrial and Engineering Chemistry Research mendokumentasikan tentang kesesuaian lemak buaya untuk dijadikan produksi biodiesel, sebagaimana dijelaskan di situs biofueldaily 22 Agustus 2011.

Rakesh Bajpai dan rekannya mencatat bahwa sebelumnya sebagian besar dari 700 juta galon biodiesel yang diproduksi di Amerika Serikat pada tahun 2008 berasal dari minyak kedelai.

Mereka mencari sumber biodiesel yang tidak berasal langsung dari makanan dengan mengidentifikasi sejumlah sumber seperti dari sisa minyak penggorengan restoran cepat saji sampai ke air limbah.

Setelah mencari-cari, para ilmuwan kemudian menyadari bahwa lemak buaya dapat dimasukan dalam daftar sumber biodiesel. Setiap tahunnya, industri daging buaya membuang sekitar 15 juta pon lemak buaya ke tempat pembuangan.

Dalam percobaan laboratoriumnya, mereka menunjukan cara mengekstrak minyak dari lemak buaya dan dengan mudah mengkonversinya menjadi biodiesel. Minyak tersebut ternyata lebih cocok untuk produksi biodiesel dibandingkan minyak dari beberapa lemak hewan lainnya.

"Biodiesel-buaya" ini serupa dengan komposisi biodiesel dari kedelai dan hampir memenuhi semua standar resmi untuk biodiesel berkualitas tinggi.

Sumber: biofueldaily
.

Artikel Lainnya

Brazil - Listrik tenaga angin lebih murah dari gas alam

Attention: open in a new window. PDFPrintE-mail

Sunday, 13 November 2011 10:33


>Ilustrasi : Turbin Angin

Presiden dan CEO dari Energy Research Company (EPE), Mauricio Tolmasquim mengumumkan bahwa untuk pertama kalinya di Brazil harga listrik yang berasal dari tenaga angin lebih murah dibandingkan harga listrik dari gas alam.

Pengumuman ini merupakan laporan dari hasil lelang energi yang digelar pada Agustus 2011 oleh perusahaan listrik negara Brasil, ANEEL. Lelang itu mencakup kontrak untuk 78 proyek tenaga angin yang mampu menghasilkan 1.928 MW dengan harga sekitar 99.5 Real Brazil /MWh atau sekitar 520 rupiah per kilo watt jamnya.

Biaya tersebut 19 persen lebih rendah dari harga rata-rata untuk tenaga angin di Brazil dibandingkan tahun 2010, ini menunjukkan bahwa tenaga angin menjadi pilihan yang lebih kompetitif dan layak di pasar energi Brasil.

Sebagai perbandingan, harga rata-rata untuk energi listrik yang dihasilkan dari gas alam saat ini adalah 103 Real Brazil /MWh. ANEEL juga sebelumnya mengumumkan lelang pembangkit yang berasal dari biomass, air, dan gas alam sebanyak 92 proyek dengan total investasi 11,2 miliar Real Brazil.

Tolmasquim menyampaikan saat ini Brasil memiliki potensi tenaga angin mencapai 143.000 MW dan mungkin meningkat sampai 300.000 MW dengan perkembangan generator angin.

Penggunaan tenaga angin meningkat 50,5 persen dari tahun 2009 ke 2010, sementara itu 87,1 persen pembangkitan listrik yang ada di Brazail dihasilkan dari energi terbarukan.

Sumber: winddaily

.
   

ITS Eco Campus

Attention: open in a new window. PDFPrintE-mail

Sunday, 13 November 2011 07:29

>Logo ITS Eco Campus

Setiap bulan, Intitut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya, harus membayar listrik sebesar 500 juta rupiah dan air 300 juta rupiah. Ia juga membuang sampah kertas sebanyak 4,5 ton.

Data itu berhasil dihimpun dan menjadi dasar perumusan Gerakan ITS Eco Campus. Bahkan untuk menegaskan komitmennya, ITS pun mengusung tema Eco Campus dalam peringatan Dies Natalis ke-51 pada 10 November 2011.

Ahmad Rusdiansyah, staf pengajar ITS, saat konferensi pers pada 15 September lalu menjelaskan, sejumlah program telah disiapkan guna menyukseskan terwujudnya ITS sebagai kampus yang ramah lingkungan. Mulai dari program jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang.

Delapan program dirumuskan sebagai upaya perwujudan ITS Eco Campus. Delapan program itu adalah Evaluasi Masterplan ITS berbasis Eco Campus, Implementasi Socio Engineering, Sistem Pergerakan Internal, Peningkatan Efisiensi Konsumsi Air, Peningkatan Efisiensi Energi Listrik, Pengolahan Sampah Terpadu, Penghijauan Hutan Kampus, dan Penyediaan Transportasi Ramah Lingkungan.

"Gedung akan didesain ramah lingkungan, sehingga tidak memerlukan pendingin ruangan. Kemudian setiap jurusan akan bertanggung jawab terhadap pemakaian listrik dan airnya masing-masing, sehingga pembebanan biayanya tidak lagi terpusat seperti sekarang ," papar Rusdiansyah menjelaskan secara rinci satu per satu program tersebut.

Lalu untuk sistem pergerakan internal, ITS juga telah mencanangkan program Bike Share yang akan mendorong penggunaan sepeda oleh seluruh masyarakat kampus.

Sumber: its.ac.id

.
   

Page 15 of 39

«StartPrev11121314151617181920NextEnd»

Joomla SEO powered by JoomSEF

Majalah

Lihat edisi