|
Teman2, mengenai permasalahan pembangunan PLTP di Bedugul Bali yang pernah kita diskusikan di kelas mata kuliah Topik Khusus A beberapa waktu yang lalu, saya mendapat informasi alasan penolakan keberadaan PLTP tersebut yang sekiranya dapat bermanfaat bagi kita semua
Sources:
|
Geothermal, Clean En ...
|
Posted 19 Sep 2010 22:47
by Rendiza Vataneta
|
|
Dennis wrote:
Bung Atenk, memang sejauh ini pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia sudah dimanfaatkan untuk apa saja???Apakah Efisiensi dari plant cukup tinggi???terima kasih
Terimakasih atas pertanyaan nis 
Seperti yang sudah saya jelaskan di dalam artikel, sejauh ini yang saya tau di Indonesia pemanfaat energi panas bumi sudah digunakan antara lain:
- Undirect use: Untuk menghasilkan energi listrik melalui suatu Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
- Direct use: Untuk pariwisata seperti pemandian air panas dan terapi penyakit
Mengenai efisiensi dari plant itu sendiri, penggunaan geothermal energy memiliki keunggulan yang sangat banyak dibandingkan dengan penggunaan energi fosil sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik, antara lain:
-Konsumsi 1 MWh diperlukan 1,7 barel BBM, 390 kg batubara dan 7,9 Mcf natural gas. Penghematan 1 MWh pembangkit listrik tenaga panas bumi diperkirakan dapat menghemat pemakaian BBM setara 45 barel per hari.
-Emisi gas rumah kaca sangat kecil dibanding sumber energi lainnnya.
-Tidak ada emisi gas NOx dan SO2
-Proses produksi tidak menghasilkan limbah cair.
semoga bung denis puas dengan jawaban saya ya 
|
Geothermal, Clean En ...
|
Posted 19 Sep 2010 22:37
by Rendiza Vataneta
|
|
Ilmam Mukhlis wrote:
salah satunya adalah seperti yang bung Ilmam dan bung Piji sebutkan yaitu masalah perizinan pengeboran
ini bukannya orang yang sama ya bung rendi? 
thanks anyway buat jawabannya rendi, btw kalo perusahaan asing udah ada yang pernah berinvestasi di bidang ini belom di Indonesia? kalo misalnya ada perusahaan apa ya bung rendi?
terimakasih 
hahaha maksud saya bung Ilmam dan bung Michol, karena jawaban saya diatas dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan anda berdua
Menurut sepengetahuan saya, Chevron Corporation yang diwakili oleh anak perusahaanya, yaitu Chevron Geothermal and Power Operations (GPO) merupakan satu-satunya operator asing yang bergerak di bidang Geothermal Energy di Indonesia. Daerah operasinya antara lain berada di daerah Darajat, Kabupaten Garut, di Gunung Salak, dan Kabupaten Sukabumi di Jawa Barat. Listrik yang dihasilkan dari PLTP Gunung Salak, Jawa Barat merupakan produksi dengan kapasitas terbesar di Indonesia, yaitu 330 MW
Ada beberapa dokumentasi yang saya dapat di google, tampak bentangan pipa besi PT Chevron GPO yang berfungsi mendistribusikan Gas Alam keberbagai terminal. ( sources: debijani08.multiply.com/journal/item/45/...._Garut_15_Juni_2008)
 
 
rahman agil prawatya wrote:
Arianda Akbar wrote:
Ilmam Mukhlis wrote:
wah luar biasa sekali artikel nya bung rendi
btw kalo emang bener 40% dari sumber dunia sbnernya permasalahan konkret hanya sekian persen yang digunakan apa ya bung rendi?
apakah masalah perizinan tempat pengeboran? yang notabennya karena kultur kita mengalami kesulitan dengan masyarakat sekitar? atau birokrasi dari pemerintah yang menyulitkan?
karena ini merupakan sektor yang sangat potensial kalau kita manfaatkan semaksimal mungkin 
regards!
oh iya waktu itu dikuliah topik khusus A juga pernah dibahas tentang permasalahan kultur yang di Bali ya. Padahal sangat disayangkan Bali mempunyai potensi yang cukup bagus untuk geothermal.
Selain itu, konsumen Pertamina Geothermal Energi (PGE) yang cenderung tunggal yaitu hanya ke PLN juga menyulitkan. Secara bisnis, harga per kWh listrik pun belum sepenuhnya menguntungkan. Kendala terbesar adalah bisnis panas bumi memerlukan investasi sangat tinggi dan cukup beresiko.
Sementara, harga energi alternatif seperti panas bumi masih kalah murah dari harga energi konvensional (BBM). Tidak seimbangnya antara biaya investasi, membangun infrastruktur, dan pengembangan energi dengan harga jual membuat bisnis ini tidak dilirik investor.
selain itu,
Salah satu persoalannya adalah banyaknya sumber geotermal berada di kawasan hutan yang dilindungi. Sehingga pemerintah harus mengeluarkan izin mengebor sumber di area konservasi namun tetap memprioritaskan pembangkit listriknya berada berada di luar area hutan.
Benar sekali Bapak Agil, terimakasih atas pendapatnya yang tentunya sangat bermanfaat bagi kita semua
Salah satu tantangan terbesar bagi pengembangan di bidang ini adalah pembiayaan. Sumber tenaga geothermal kira-kira akan menghabiskan biaya lebih besar dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk riset dan pengembangan sampai bisa digunakan. Tetapi sekalinya didirikan, maka kilang geothermal seperti yang ada di Kamojang Jawa Barat di 1982 bisa mengubah suplai panas vulkanik gratis tidak terbatas menjadi listrik dengan biaya tetap yang lebih rendah dan polusi lebih sedikit, ketimbang batubara. Beberapa PLTP di dunia bahkan masih berproduksi setelah 100 tahun, di Selandia Baru dan Amerika Latin masih berproduksi setelah 50 tahun. Bandingkan dengan umur suatu kilang minyak atau gas yang hanya dapat berproduksi selama 10-20 tahun
Untuk mengembangkan PLTP di Indonesia Pemerintah membutuhkan investasi minimal US$ 19,8 miliar. Investasi tersebut untuk membangun PLTP berkapasitas total 6.867 megawatt (MW) selama 10 tahun, yaitu periode 2009-2018. Sudah ada beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar Investor tertarik berbisnis di Bidang ini, salah satunya adalah dengan mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM No 14 Tahun 2008 tentang Harga Patokan Penjualan Tenaga Listrik PLTP yang membuat harga listrik panas bumi menjadi lebih tinggi 
|
Geothermal, Clean En ...
|
Posted 18 Sep 2010 18:02
by Rendiza Vataneta
|
|
Artikel yang sangat menarik sekali Koko Dennis
Idem sama diatas, saya jg penasaran apakah biogas ini dapat digunakan sebagai bahanbakar kendaraan bermotor pengganti bahan bakar fosil? hehe thankss 
|
GENSET BERBAHAN BAKA ...
|
Posted 18 Sep 2010 17:19
by Rendiza Vataneta
|
|
wah artikel yang sangat menarik sekali Pak Agil 
idem seperti nina, sepertinya OTEC di Indonesia blm populer ya? apakah aplikasi ini sudah pernah diterapkan di Indonesia? thanks 
|
Ocean Thermal Energy ...
|
Posted 18 Sep 2010 17:14
by Rendiza Vataneta
|
|
wah artikel yang sangat menarik bung Bayu, semoga dapat menambah pengetahuan bagi kita semua 
ohiya, seberapa luas sih lahan tanaman jarak yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu biodiesel? apakah perlu membutuhkan lahan yang sangat luas? karena misalnya membutuhkan luas tanaman jarak yang beratus-ratus hektar untuk menghasil hanya 1 liter biodisel, sepertinya itu tidak cukup efisien hehe. thankss 
|
Tanaman Jarak sebaga ...
|
Posted 18 Sep 2010 16:59
by Rendiza Vataneta
|
|
Artikel yang sangat menarik sekali bung Andri
Saya ingin bertanya kira2 seberapa besar jumlah investasi yang harus dikeluarkan untuk membangun satu PLTAL di Indonesia? Bagaimana pendapat anda tentang solusi agar penelitian tentang PLTAL ini dapat dikembangkan di Indonesia? apa kira2 kendala bagi investor yang harus dihadapi untuk melakukan pendanaan di bidang ini? Terima kasih 
|
Pembangkit Listrik T ...
|
Posted 18 Sep 2010 16:56
by Rendiza Vataneta
|
|
artikel yang sangat menarik sekali mba nina, semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua 
|
Energi Listrik Tumbu ...
|
Posted 18 Sep 2010 16:46
by Rendiza Vataneta
|
|
Justin Pradipta wrote:
memang di indonesia banyak aspek yang mesti dipikirkan untuk membuat apapun itu, baik teknis maupun non-teknis..
btw, postingnya kupindah ya, kubuatkan thread baru yang lebih cocok,
keep posting 
benar sekali mas admin, timbulnya keresahan masyarakat akibat kegiatan eksplorasi energi panas bumi di area tempat tinggal mereka, seperti: takut mengganggu kesehatan, kekhawatiran menjalani kehidupan di bawah bayang-bayang ancaman bencana longsor, gas beracun, amblasan, kekeringan, kebakaran dan serba ketidakpastian masa depan kehidupan mereka merupakan beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh operator pengeboran
Bayu Sentany wrote:
wahh nice posting bang rendy..
semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita semua 
terimakasih bung Bayu 
|
Geothermal, Clean En ...
|
Posted 18 Sep 2010 07:04
by Rendiza Vataneta
|
|
Ginda Bastari wrote:
Kita memang harus mencari pegangan lain dalam pembangkit energi, terlebih dengan potensi geothermal yang cukup besar di Indonesia, seharusnya lebih terpacu lagi untuk dikembangkan.
Betul sekali bung Ginda, semoga setelah membaca artikel ini diharapakan kita sebagai mahasiswa terbaik bangsa lebih terpacu untuk dapat turut berpartisipasi terhadap pengembangan energi panas bumi di Indonesia
Ilmam Mukhlis wrote:
wah luar biasa sekali artikel nya bung rendi
btw kalo emang bener 40% dari sumber dunia sbnernya permasalahan konkret hanya sekian persen yang digunakan apa ya bung rendi?
apakah masalah perizinan tempat pengeboran? yang notabennya karena kultur kita mengalami kesulitan dengan masyarakat sekitar? atau birokrasi dari pemerintah yang menyulitkan?
karena ini merupakan sektor yang sangat potensial kalau kita manfaatkan semaksimal mungkin 
regards!
Arianda Akbar wrote:
Ilmam Mukhlis wrote:
wah luar biasa sekali artikel nya bung rendi
btw kalo emang bener 40% dari sumber dunia sbnernya permasalahan konkret hanya sekian persen yang digunakan apa ya bung rendi?
apakah masalah perizinan tempat pengeboran? yang notabennya karena kultur kita mengalami kesulitan dengan masyarakat sekitar? atau birokrasi dari pemerintah yang menyulitkan?
karena ini merupakan sektor yang sangat potensial kalau kita manfaatkan semaksimal mungkin 
regards!
oh iya waktu itu dikuliah topik khusus A juga pernah dibahas tentang permasalahan kultur yang di Bali ya. Padahal sangat disayangkan Bali mempunyai potensi yang cukup bagus untuk geothermal.
Menurut saya, pengelolaan energi panas bumi pun memiliki beberapa permasalahn yang harus dihadapi, salah satunya adalah seperti yang bung Ilmam dan bung Piji sebutkan yaitu masalah perizinan pengeboran, karena banyaknya sumber geothermal berada di kawasan hutan yang dilindungi atau di areal yang dianggap sakral oleh masyarakat sekitar.
Pemerintah sebagai pemegang utama hak pengeluaran izin pengeboran harus mengeluarkan izin pengeboran di tempat tersebut, namun tetap memprioritaskan masyarakat yang hidup di sekitar tempat pengeboran dan area hutan. Seperti misalnya melakukan pembangunan pembangkit listriknya sendiri berada berada di luar area permukiman masyarakat sekitar atau di luar area konservasi hutan, sehingga diharapkan potensi dari energi panas bumi tersebut tetap dapat dimanfaatkan dan tanggungjawab terhadap lingkungan sekitar juga tetap diperhatikan 
|
Geothermal, Clean En ...
|
Posted 18 Sep 2010 06:50
by Rendiza Vataneta
|
More |