Majalah Energi

sustainable energy monthly magazine

Welcome, Guest
Username Password: Remember me

Tak Aman Pakai Elpiji, Eceng Gondok pun Jadi
(1 viewing) (1) Guest
Diskusi seputar energi yang dihasilkan dari sumber bio energi seperti biomass dan biogas.

TOPIC: Tak Aman Pakai Elpiji, Eceng Gondok pun Jadi

Re: Tak Aman Pakai Elpiji, Eceng Gondok pun Jadi 17 Sep 2010 15:27 #75

Arianda Akbar wrote:
Wah menarik sekali sampai ada cara pembuatannya, bisa buat PM nih kedaerah yg banyak enceng gondoknya

Kalo saran saya untuk upload gambar lebih mudah menggunakan google photos (picasa) atau http://u.kaskus.us/

Btw kalo untuk ampas hasil pembakarannya sndiri kira2 bisa dimanfaatkan kembali tidak ya? misalnya untuk pupuk dsbg

iya saya juga banyak di bantu ama u.kaskus.us itu terimakasih bung rian, tapi tetep aja akhir2nya ga keluar lagi gambar di thread saya
terus kalo buat ampas bukannya di akhir thread bu niken ini udah di sebutkan ya?

Keuntungan lain yang diperoleh dari biogas eceng gondok ini adalah, ampas yang dihasilkan dari pengluaran bisa digunakan untuk pupuk kompos, jadi tidak menimbulkan masalah sampah

hehe ga baca ampe akhir ya mas rian

  • Posts:56
  • Life's Just Too Fun to be Ignored
  • Ilmam Mukhlis
  • Senior Boarder
  • OFFLINE

Re: Tak Aman Pakai Elpiji, Eceng Gondok pun Jadi 17 Sep 2010 16:42 #76

Metana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan rumus kimia CH4. Metana murni tidak berbau, tapi jika digunakan untuk keperluan komersial, biasanya ditambahkan sedikit bau belerang untuk mendeteksi kebocoran yang mungkin terjadi.

Sebagai komponen utama gas alam, metana adalah sumber bahan bakar utama. Pembakaran satu molekul metana dengan oksigen akan melepaskan satu molekul CO2 (karbondioksida) dan dua molekul H2O (air):
CH4 + 2O2 ? CO2 + 2H2O


Iya bung Ilmam jadi mungkin tidak berbahaya untuk pernafasan, hanya aroma nya saja yang menganggu apabila terjadi kebocoran ya


Btw kalo untuk ampas hasil pembakarannya sndiri kira2 bisa dimanfaatkan kembali tidak ya?


Seperti yang kembali diungkapkan oleh Bung Ilmam, jadi yang menarik adalah ampas dari pembakaran ini bisa dijadikan pupuk kompos karena pembuatannya kan dari bahan organik Bung Rian

Re:Tak Aman Pakai Elpiji, Eceng Gondok pun Jadi 17 Sep 2010 17:31 #80

Ass. Wr. Wb.

Saya cukup salut dengan artikel ini. Dari segi gagasan dan proses, sangat "fresh" dan relatif mudah untuk direalisasikan. Gagasan seperti ini akan sangat disayangkan apabila tidak dimanfaatkan sebaik mungkin. Hal ini sangat sesuai dengan slogan solusi permasalahan energi yaitu "dari hijau untuk hijau". Permasalahan selanjutnya yang pasti akan dihadapi adalah bagaimana caranya agar gagasan seperti ini dapat disebarluaskan. Karena pada dasarnya, menciptakan suatu ide yang brilliant itu susah apalagi penerapan dan pelestariannya. Semua elemen masyarakat bahkan pemerintah harus turut serta dalam sosialisasi program energi hijau seperti ini.

Baiklah langsung saja Saya masuk kepada inti dari post ini.
Ada satu hal yang cukup menguras otak dalam kutipan paragraf di bawah ini :


Eceng gondok yang sudah ditumbuk sebanyak 20 kg dapat menghasilkan gas yang dapat dipakai selama 7 hari, dan setiap harinya dapat dipakai selama 30 menit.Eceng gondok seberat 30 kg yang telah dirajang tanpa ditumbuk dapat menghasilkan gas yang dapat dipakai selama 7 hari, dan setiap harinya dapat dipakai selama 90 menit.


Mengapa dengan perbandingan yang sedemikian rupa dapat menghasilkan efektivitas yang sedemikian rupa ? Penjelasan secara ringkas dan cukup rinci, baik itu secara fisis dan atau biologis, sekiranya akan cukup melegakan.

Dan ternyata, terlintas satu hal lagi yang cukup menarik perhatian saya. Seperti pada paragraf berikut :

Sebelum dimasukkan ke dalam tabung fermentasi, eceng gondok terlebih dahulu harus dirajang atau ditumbuk halus. Setelah itu dicampur air bersih 1:1. Misalnya 20 kg eceng gondok dicampur dengan 20 kiloliter air, lantas diaduk merata.
Setelah tercampur, masukkan ke dalam lubang pipa yang sudah disiapkan di ujung kiri tabung fermentasi yang akan mengalirkan gas ke drum penampungan setelah beberapa hari.


Disebutkan di atas bahwa proses pencampuran material memiliki perbandingan 1:1. Apakah hal tersebut merupakan suatu keharusan? Apa akibatnya, jika pada saat proses pencampuran, terdapat perbandingan jumlah material yang kurang atau berlebihan? Akankah menganggu kesetimbangan proses kimiawi dari sistem itu sendiri? Atau akan menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pembakaran yang dihasilkan ?

Dan disebutkan juga bahwa proses fermentasi membutuhkan waktu beberapa hari. Apakah ada berapa jumlah hari yang tepat? Mungkin saja jika terlalu cepat atau terlalu lama, maka hasil fermentasinya kurang sempurna.

Lagi dan ternyata ada lagi, terdapat satu paragraf yang membuat Saya menyipitkan mata dan tersenyum layu.


Biogas ini lebih hemat ketimbang elpiji karena pembuatannya tak memerlukan biaya. Api yang dihasilkan dari biogas eceng gondok sama besarnya dengan elpiji dan bisa digunakan untuk keperluan memasak.


Satu kata yang cukup menarik yaitu, "Biaya". Menjadi suatu frase yang cukup menghibur yaitu, "tidak memerlukan Biaya". Frase tersebut mengingatkan Saya pada sebuah slogan klasik yang turun temurun didendangkan oleh orang tua kita.

" Tiada yang gratis di bumi pertiwi kita, nak.. "

Tapi ada tapinya, frase seperti itu akan sangat memudahkan masyarakat, lsm, ataupun pemerintah untuk mensosialisasikan program energi hijau seperti ini. Dengan sedikit imbuhan manis untuk tujuan yang mulia, toh ga ada salahnya. Karena pada dasarnya gagasan-gagasan brilliant seperti ini ditujukan untuk melindungi Bumi kita tercinta ini.

Maaf semaaf-maafnya, jikalau post Saya ini tidak sebanyak post teman-teman yang lain dan banyak terdapat kata-kata yang tidak mengenakkan hati. Karena pada dasarnya itu, sesuatu yang benar berasal dari Allah dan sesuatu yang salah itu berasal dari manusia. Satu harapan Saya terhadap program ini yaitu agar dapat berlangsung terus menerus dan semakin bermanfaat untuk kehidupan kita semua.
Satu pesan saya terhadap teman-teman semua, marilah kita bersama-sama menciptakan gagasan-gagasan baru untuk menghadapi masalah energi yang mendunia ini, terutama untuk bangsa kita. Seperti slogan berikut ini yang sudah membumi di rancah perbincangan kaum professional :

" Kita untung, Bangsa untung... "

Sekian dari Saya. Mohon Maaf Lahir dan Batin juga semuanya. Terima kasih. Gracias. Adigato..

Wass. Wr. Wb.
Save the Earth, Save our Races !

Re:Tak Aman Pakai Elpiji, Eceng Gondok pun Jadi 17 Sep 2010 17:54 #84

Brb shock dulu ngeliat panjangnya komen terimakasih Bung Kikio atas komentar dan saran dan perhatiannya

Bismillahirrahmanirrahim.


Eceng gondok yang sudah ditumbuk sebanyak 20 kg dapat menghasilkan gas yang dapat dipakai selama 7 hari, dan setiap harinya dapat dipakai selama 30 menit.Eceng gondok seberat 30 kg yang telah dirajang tanpa ditumbuk dapat menghasilkan gas yang dapat dipakai selama 7 hari, dan setiap harinya dapat dipakai selama 90 menit.

Mengapa dengan perbandingan yang sedemikian rupa dapat menghasilkan efektivitas yang sedemikian rupa ? Penjelasan secara ringkas dan cukup rinci, baik itu secara fisis dan atau biologis, sekiranya akan cukup melegakan.


Mungkin ini saya jawab secara logis pribadi aja ya. Karena ini info didapat dari pengalaman mereka yang sudah membuatnya, jadi saya tidak tahu perhitungan jelas hubungan massa eceng gondok dan lamanya waktu pemakaian. Tapi mengenai perbedaan eceng gondok yang ditumbuk atau tidak ditumbuk, secara logika eceng gondok yang ditumbuk terlebih dahulu lebih mudah mengalami proses fermentasi, jadi hasil yang diperoleh pun lebih optimal, begitu kira-kira.

Disebutkan di atas bahwa proses pencampuran material memiliki perbandingan 1:1. Apakah hal tersebut merupakan suatu keharusan? Apa akibatnya, jika pada saat proses pencampuran, terdapat perbandingan jumlah material yang kurang atau berlebihan? Akankah menganggu kesetimbangan proses kimiawi dari sistem itu sendiri? Atau akan menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pembakaran yang dihasilkan ?


Dari semua sumber yang saya baca, memang baiknya perbandingan material air dan eceng gondok itu 1:1, semisal campuran 100 kg eceng gondok hancur dengan 100 liter air. Jika tidak sesuai dengan perbandingan itu, mungkin akan memperlambat proses atau mengurangi keoptimalan hasil gas yang terfermentasi ya. CMIIW

Dan disebutkan juga bahwa proses fermentasi membutuhkan waktu beberapa hari. Apakah ada berapa jumlah hari yang tepat? Mungkin saja jika terlalu cepat atau terlalu lama, maka hasil fermentasinya kurang sempurna.


Proses pembuatan gas ini diawali dengan memotong batang dan daun eceng gondok. Setelah itu, potongan eceng gondok dimasukkan ke tabung reaktor terbuat dari dua drum yang disatukan. Proses ini memakan waktu tujuh hari untuk menghasilkan gas dari hasil pembusukan eceng gondok. Maka, selama tujuh hari, gas dari pembusukan eceng gondok akan mengalir ke tabung reaktor kedua untuk kemudian ditampung dalam tabung khusus.

sumber: tekno.liputan6.com/berita/201002/264656/...g.Gondok.Jadi.Biogas

" Tiada yang gratis di bumi pertiwi kita, nak.. "

Tapi ada tapinya, frase seperti itu akan sangat memudahkan masyarakat, lsm, ataupun pemerintah untuk mensosialisasikan program energi hijau seperti ini. Dengan sedikit imbuhan manis untuk tujuan yang mulia, toh ga ada salahnya. Karena pada dasarnya gagasan-gagasan brilliant seperti ini ditujukan untuk melindungi Bumi kita tercinta ini.

Re:Tak Aman Pakai Elpiji, Eceng Gondok pun Jadi 17 Sep 2010 18:06 #87

Bung Kikio yang saya kagumi, setelah mencari info lebih lanjut, ini ada ukuran yang lebih mendetail:

Mengenai ukuran perbandingan dan masalah ditumbuk atau tidak,
Drum fermentasi tadi bervolume 400 liter dan yang dimanfaatkan sebagai ruang fermentasi adalah setengahnya. Artinya jika pembaca mengisi 100 kg eceng gondok (yang ditumbuk), air yang dibutuhkan adalah 100 liter (perbandingan 1 : 1). Jika eceng gondok dicacag, perbandingannya 1 : 1/2.

Proses menghasilkan gas membutuhkan 3-5 hari jika menggunakan eceng yang ditumbuk. Sementara untuk eceng yang dicacag, prosesnya memakan waktu 5-7 hari.


Logis kan ya, apabila ditumbuk, jumlah yang kita perlukan lebih sedikit, krn mempermudah proses fermentasi, dan mempercepat juga.

Mengenai hubungan massa eceng gondok dengan hasil gas,
Percobaan pertama, dengan penampungan gas dari drum ukuran panjang 65 cm dan diameter 35 cm, eceng gondok ditumbuk sebanyak 20 kg, menghasilkan gas yang dapat dipakai selama 7 hari dengan setiap harinya selama 30 menit.

Percobaan kedua, dengan penampungan gas dari plastik ukuran panjang 120 cm dan diameter 60 cm, eceng gondok yang dicacag sebanyak 30 kg, menghasilkan gas yang dapat dipakai selama 7 hari yang setiap harinya dipakai 90 menit.

Jika gas pertama sudah dihasilkan, setiap harinya pembaca perlu mengisi 50 kg eceng gondok agar gas tetap dihasilkan. Untuk 10 kg eceng gondok setara dengan 0,8 liter minyak tanah. Dengan prinsip kerja yang sama, pembaca bisa mencoba pada ukuran drum fermentasi yang disesuaikan dengan kebutuhan rumah tangga masing-masing.


Semoga menjadi lebih jelas ya

sumber: klipingut.wordpress.com/2009/11/26/membu...dalkan-eceng-gondok/
Time to create page: 0.20 seconds
Joomla SEO powered by JoomSEF

Majalah

Lihat edisi