Majalah Energi

sustainable energy monthly magazine

Solar thermal adalah sebuah pembangkit listrik yang lumayan baru yang telah memperlihatkan hasil yang cukup baik. Solar thermal menggunakan tenaga dari matahari secara langsung jadi harus di tempatkan di daerah yang cukup besar radiasinya yang berpeluang paling besar adalah the South-Western UnitedStates, Central and South America, North and Southern Africa,the Mediterranean countries of Europe, the Middle East, Iran,and the desert plains of India, Pakistan, the former Soviet
Union, China and Australia. Walaupun Indonesia kurang memadai pada seluruh tempat tetapi Indonesia juga mempunyai daerah yang cocok untuk solar thermal dan juga ketika sesudah penelitian mendapat effisiensi yang cukup besar pemakaian di Indonesia dapat dilakukan.
Pada figure 1 dapat dilihat bahwa yang merah menunjukan energi dari matahri cukup besar dan berturut-turut warna jingga dan kuning.
Cara kerja dari solar thermal adalah dengan memanfaatkan panas dari matahari yang dikonsentrasikan oleh Concentrating SolarPower (CSP) untuk menghasilkan panas yang memadai.panas ini lalu dimanfaatkan untuk menggerakan turbine, seperti turbin uap atau stirling engine. Panas yang ada pada siang hari dapat di tampung pada liquid atau media solid seperti molten salt, Keramik, dan lain-lain.
cara kerja per alat dapat dilihat pada gambar



Keuntungan penggunaan solar thermal adalah kecilnya dampak lingkungan, dengan polusi yang hampir tidak ada, dan sedikitnya noise yang dihasilkan setiap sekilometer dapat mengurangi CO2 sebanyak 150 sampai 250 kg.
Sumber:
en.wikipedia.org/wiki/Solar_thermal_energy
www.greenpeace.org/raw/content/internati...ar-Thermal-Power.pdf
poweredbysolarpanels.com/solar-thermal-systems/
www.blog.thesietch.org/wp-content/upload...r_irridation_map.gif
www.cogeneration.net/solar_thermal_system.htm

kita tiap ari sll disinari oleh sang surya..sangat cocok digunakan di Indonesia ni bung sasu..

oiaa..kira2 kalau dirupiahkan biaya investasiny brp yaah ?!?!apakah di Indonesia sudah ada yang menggunakannya?!?
makasi..

pembangkit ini sistemnya solar concentrator y?

sebenarnya ada masalah yang cukup fundamental bila ingin diaplikasikan di indonesia, yaitu bila kita ingin mengkonsentrasikan sinar di satu titik di indonesia, maka hal itu akan sulit dicapai dikarenakan iklim indonesia yang lembab..

bila sinar sulit dikonsentrasikan, maka yang terjadi adalah sinar tersebut tidak akan cukup panas untuk memanaskan media pemanas pada pembangkit..

sehingga pembangkit tersebut akan sulit terealisasikan di indonesia..

CMIIW

sepengetahuan saya seperti itu, sehingga hampir tidak ada kajian yg mendalam tentang solar thermal di indonesia

jujur saya masih belum mengerti setelah membaca artikel di atas...

terutama mengkonversi energi panas matahari untuk menggerakkan turbin.. apakah prinsipny sama dengan turbin uap biasa???
dimana panas matahari hanya sebagai bahan bakar pemanas air utk menjadi uap/steam...

trus bagaimanakah proses penyimpanan energi panas semacam itu.... seperti yg kita tahu sangat susah unutk menyimpan energi dalam bentuk kalor seperti ini terutama dalam waktu yg panjang...

terima kasih atas perhatiannya, saya akan mencoba menjawab dengan kemampuan saya
Hans Kurniawan wrote:

menurut saya kayaknya belum karena cukup sulit untuk dipakai di Indonesia seperti dikatakan Toshi
kalau untuk uangnya kalau di Eropa harganya tertera pada
www.greenpeace.org/raw/content/internati...ar-Thermal-Power.pdf
kalau ada waktu coba baca saja

Toshi Widarto:

benar sekali saudara toshi di Indonesia cukup sulit untuk menggunakan solar Thermal ini karena di Indonesia banyaklnya selaput uap air yang mengelilingi Indonesia
tetapi kayaknya bisa di Papua radiasi disana terlihat sangat besar

Hari Susetyo

sistemnya hampir sama saja ketika kita memakai turbin steam engine bedanya hanya pada sistem penghasil uapnya saja
kalau untuk penyimpan panasnya dengan cara memanaskan molten salt, dan kayaknya molten salt itu di insulasi yang saat mau dipakai panasnya dialirkan aliran yang dipakai untuk steam engine
maaf saya kurang tahu