Brb shock dulu ngeliat panjangnya komen

terimakasih Bung Kikio atas komentar dan saran dan perhatiannya
Bismillahirrahmanirrahim.
Eceng gondok yang sudah ditumbuk sebanyak 20 kg dapat menghasilkan gas yang dapat dipakai selama 7 hari, dan setiap harinya dapat dipakai selama 30 menit.Eceng gondok seberat 30 kg yang telah dirajang tanpa ditumbuk dapat menghasilkan gas yang dapat dipakai selama 7 hari, dan setiap harinya dapat dipakai selama 90 menit.
Mengapa dengan perbandingan yang sedemikian rupa dapat menghasilkan efektivitas yang sedemikian rupa ? Penjelasan secara ringkas dan cukup rinci, baik itu secara fisis dan atau biologis, sekiranya akan cukup melegakan.
Mungkin ini saya jawab secara logis pribadi aja ya. Karena ini info didapat dari pengalaman mereka yang sudah membuatnya, jadi saya tidak tahu perhitungan jelas hubungan massa eceng gondok dan lamanya waktu pemakaian. Tapi mengenai perbedaan eceng gondok yang ditumbuk atau tidak ditumbuk, secara logika eceng gondok yang ditumbuk terlebih dahulu lebih mudah mengalami proses fermentasi, jadi hasil yang diperoleh pun lebih optimal, begitu kira-kira.
Disebutkan di atas bahwa proses pencampuran material memiliki perbandingan 1:1. Apakah hal tersebut merupakan suatu keharusan? Apa akibatnya, jika pada saat proses pencampuran, terdapat perbandingan jumlah material yang kurang atau berlebihan? Akankah menganggu kesetimbangan proses kimiawi dari sistem itu sendiri? Atau akan menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pembakaran yang dihasilkan ?
Dari semua sumber yang saya baca, memang baiknya perbandingan material air dan eceng gondok itu 1:1, semisal campuran 100 kg eceng gondok hancur dengan 100 liter air. Jika tidak sesuai dengan perbandingan itu, mungkin akan memperlambat proses atau mengurangi keoptimalan hasil gas yang terfermentasi ya. CMIIW
Dan disebutkan juga bahwa proses fermentasi membutuhkan waktu beberapa hari. Apakah ada berapa jumlah hari yang tepat? Mungkin saja jika terlalu cepat atau terlalu lama, maka hasil fermentasinya kurang sempurna.
Proses pembuatan gas ini diawali dengan memotong batang dan daun eceng gondok. Setelah itu, potongan eceng gondok dimasukkan ke tabung reaktor terbuat dari dua drum yang disatukan.
Proses ini memakan waktu tujuh hari untuk menghasilkan gas dari hasil pembusukan eceng gondok. Maka, selama tujuh hari, gas dari pembusukan eceng gondok akan mengalir ke tabung reaktor kedua untuk kemudian ditampung dalam tabung khusus.
sumber:
tekno.liputan6.com/berita/201002/264656/...g.Gondok.Jadi.Biogas
" Tiada yang gratis di bumi pertiwi kita, nak.. "
Tapi ada tapinya, frase seperti itu akan sangat memudahkan masyarakat, lsm, ataupun pemerintah untuk mensosialisasikan program energi hijau seperti ini. Dengan sedikit imbuhan manis untuk tujuan yang mulia, toh ga ada salahnya. Karena pada dasarnya gagasan-gagasan brilliant seperti ini ditujukan untuk melindungi Bumi kita tercinta ini.
Sebenarnya saya juga memikirkan beberapa faktor, seperti apakah warga nantinya tidak lebih memilih menggunakan kayu bakar dibanding harus mengumpulkan 30 kg eceng gondok setiap harinya. Namun menurut perkiraan saya dan pengamatan dari beberapa sumber, pengalihan penggunaan bahan bakar kayu oleh penduduk ke pembuatan biogas dari eceng gondok, sangat tergantung dari beberapa factor.
• Pertama, adanya kesadaran dan keyakinan dari penduduk (di pedesaan maupun di kota-kota) bahwa menggunakan biogas eceng gondok lebih menguntungkan dibandingkan dengan gas Elpiji, minyak tanah atau kayu bakar (kalau harus dibeli), lebih murah, mudah, bersih, dan merupakan hal yang bijaksana karena ikut melestarikan lingkungan.
• Adanya sosialisasi manfaat ini kepada penduduk, yang disediakan dan dilaksanakan dengan giat oleh banyak pihak, baik Pemerintah melalui para Pamong Desa, Penyuluh, dsb. maupun kalangan aktivis dari lembaga-lembaga sosial dan lain-lain. Termasuk disini adanya percontohan (alat-alatnya, demo penggunaannya dsb.) dan bantuan teknis pembuatan alat-alat bila diperlukan.
• Luasnya penyebaran informasi mengenai pelestarian lingkungan, dengan penekanan pentingnya bahan bakar alternatif digunakan sebagai pengganti kayu bakar. Termasuk juga penyebaran informasi mengenai dampak negatif seperti pendangkalan dsb. dari tumbuhnya eceng gondok di danau Tondano dan daerah rawa/sungai lainnya.
• Tersedianya informasi bagi penduduk/calon pemakai selengkap mungkin, terutama teknis, mengenai pembuatan biogas dari eceng gondok, baik di media seperti media cetak, radio/TV, maupun melalui penulisan di internet, jasa informasi yang disediakan setiap waktu (per tilpon atau surat) dan sejenisnya.
Semoga bermanfaat