> Monumen Surabaya
Ide dasar tentang sebuah kota rendah karbon dan pendekatan yang efektif tentang untuk mengembangkannya dikenal dengan konsep Low Carbon Model Town (LCMT), kota model rendah karbon.
Pengurangan karbon dioksida dapat dilakukan dengan mengenalkan peralatan hemat energi beserta fasilitasnya. Selain itu juga dengan menggunakan energi terbarukan.
Cara lain yang tidak terkait langsung adalah dengan memfasilitasi pengurangan emisi karbon dengan mengubah struktur kota, mengurangi kemacetan lalu lintas, dan mendaur ulang sampah untuk menghijaukan lingkungan.
Pada minggu kedua bulan Juni lalu, tim ahli LCMT dari Asia Pasific Energy Research Center (APERC) yang berasal dari Cina, Vietnam, Filipina, Malaysia dan Indonesia mengunjungi Surabaya. Mereka berkunjung dengan ditemani tim dari Direktorat Jenderal Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) ESDM.
Kunjungan tersebut untuk berbagai pengetahuan dalam mendorong pembentukan komunitas rendah karbon. Juga dalam rangka studi kelayakan untuk mengetahui usaha yang telah dilakukan Pemerintah Kota Surabaya dalam agenda penerapan energi bersih yang rendah karbon dalam ruang lingkup tata kota. Sejauh ini sudah ada percobaan LMCT di kota Tianjin, China. Beberapa kota lain di Asia Tenggara, yaitu Putra Jaya (Malaysia), Cebu (Filipina), serta Da Nang (Vietnam), juga sedang dibidik.
“Pengembangan low carbon city merupakan tantangan bagi semua pihak”, kata Maryam Ayuni, Direktur Konservasi Energi Ditjen EBTKE. Konsep ini membutuhkan pendekatan yang terintegrasi dari berbagai pihak, yaitu swasta, akademisi, dan lembaga publik, khususnya pemerintah regional dan kota sebagai perencana dan pengelola.
APERC memilih Surabaya sebagai pilot project low carbon city karena berdasarkan laporan World Bank, dianggap telah mempunyai program rendah karbon seperti layanan gratis uji emisi untuk kendaraan dan pembangunan taman-taman kota yang disertai kawasan desa hijau.
Sumber : Majalah Energi Edisi Juli 2011
< Prev | Next > |
---|