Majalah Energi

sustainable energy monthly magazine

Welcome, Guest
Username Password: Remember me

Profile for Evan Kamaratul Insani (evan.insani)

  • OFFLINE
  • Rank: Fresh Boarder
  • Register Date: 23 Sep 2010
  • Last Visit Date: 14 Oct 2010
  • Time Zone: GMT +7:00
  • Local Time: 21:30
  • Posts: 2
  • Profile Views: 1592
  • Karma: 0
  • Location: Unknown
  • Gender: Unknown
  • Birthdate: Unknown

Signature

Posts

Posts

emo
Sederhana dan Tepat Guna : Pengolahan Tuak menjadi Bahan Bakar

Di Indonesia tuak atau yang juga disebut arak merupakan sejenis minuman hasil fermentasi bahan minuman/buah yang mengandung gula. Bahan baku yang biasa dipakai adalah: beras atau cairan yang diambil dari tanaman seperti nira kelapa atau aren, legen dari pohon siwalan atau tal, atau sumber lain. Produk fermentasi ini tentu saja memiliki kadar alkohol, sehingga di beberapa daeraha di Indonesia menjadi minuman keras khas daerah. Kadar alkohol berbeda-beda bergantung daerah pembuatnya. Arak yang dibuat di pulau Bali yang dikenal juga dengan nama brem bali, dikenal mengandung alkohol yang kadarnya cukup tinggi. Beberapa tempat di Pulau Madura dahulu dikenal sebagai sebagai penghasil tuak, namun orang Madura tidak mempunyai kebiasaan minum yang kuat. Masyarakat Tapanuli (Sumatera Utara), khususnya masyarakat beretnis Batak menganggap bahwa tuak berkhasiat menyehatkan badan karena mengandung efek menghangatkan tubuh.



Gambar 1. Pohon nira


Sejak sekitar setahun yang lalu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban, Jawa Timur, mengembangkan minuman "tuak" menjadi etanol yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar minyak (BBM). "Uji coba yang kami lakukan mendapatkan tanggapan positif masyarakat, buktinya mereka datang untuk mempelajari proses pembuatan tuak menjadi etanol," ungkap Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Pemerintah Kabupaten Tuban. Tidak hanya itu, Bupati Tuban Haeny Relawati merekomendasi proses uji coba tuak menjadi etanol masuk dalam kurikulum pendidikan.

Secara umum, teknis pengolahan tuak hingga menjadi ethanol adalah sebagai berikut. Tuak sebanyak 10 liter dicampur dengan gula jawa setelah dilakukan fermentasi selama tujuh hari dan disuling menghasilkan 2 liter etanol.Biaya produksi tuak 10 liter tersebut diperhitungkan sebesar Rp15.000 dan menjadi 2 liter etanol harga jualnya mencapai Rp17.500. Di Tuban, memiliki sekitar 4.000 pohon nira yang bisa diambil hasilnya menjadi tuak.

Etanol yang dihasilkan dari tuak dapat digunakan sebagai BBM. Etanol dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk mobil, baik sendiri (E100) dalam mesin khusus atau sebagai tambahan bensin untuk mesin bensin.Etanol dapat dicampur dengan bensin dalam kuantitas yang bervariasi untuk mengurangi konsumsi bahan bakar minyak bumi, dan juga untuk mengurangi polusi udara. Bahan bakar tersebut dikenal di Amerika Serikat sebagai gasohol dan di Brasil sebagai bensin tipe C. Dua campuran umum di AS adalah E10 dan E85 yang mengandung 10% dan 85% etanol. Sedangkan campuran yang umum di Brasil adalah bensin tipe C dan jenis oktan tinggi, yang mengandung 20-25% ethanol.



Dengan adanya pengembangan energi alternatif dari tuak ini, diharapkan dapat mendorong perekonomian daerah setempat. Hendaknya juga terbentuk masyarakat yang mandiri energi sesuai dengan sumber daya yang ada.

nb : apakah BBM yang diolah dari tuak ini haram atau tidak, belum ada pembahasan lebih lanjut

Sumber :
- poedjiblog.blogspot.com/2009/10/tuak-jad...ah-nilai-tambah.html
- www.antaranews.com/berita/1252142768/tuak-jadi-bahan-bakar
- id.wikipedia.org/wiki/Tuak
- id.wikipedia.org/wiki/Etanol
- id.wikipedia.org/wiki/Bahan_bakar_etanol
Sederhana dan Tepat ...
Category: Bentuk Energi Baru
emo
Diversifikasi Sumber Energi : Kebijakan Pengembangan Energi Alternatif Indonesia


Permasalahan lingkungan dan energi global merupakan isu yang hangat dibicarakan akhir-akhir ini. Dimulai dari kelangkaan sumber energi fosil yang mengakibatkan tingginya harga minyak dan gas, pasokan listrik yang tidak merata dan tidak menjangkau daerah-daerah terpencil, hingga isu pemanasan global yang diakibatkan emisi CO2.

Diversifikasi energi untuk mengurangi ketergantungan energi nasional terhadap suplai dari minyak bumi menjadi trenbaru dari kebijakan energi dibanyak negara di samping efisiensi energi (penghematan energi) yang dilakukan secara terstruktur. Penggunaan energi terbarukan menjadi salah satu kebijakan yang harus diambil jika suatu negara menginginkan terjaganya stabilitas perekonomiannya. Berbagai sumber energi telah ditemukan seperti energi matahari, energi angin, energi laut hingga energi nuklir. Sebagai contoh, Jepang, Cina dan beberapa negara Eropa telah melakukan komersialisasi terhadap sumber energi matahari melalui teknologi solar cell. Selain itu, sumber energi hidrogen juga sudah digunakan sebagai sumber energi pada mobil dengan teknologi hybrid. Beberapa negara juga sudah mulai membangun berbagai pembangkit listrik geotermal yang disinyalir dapat memberikan suplai energi yang besar.

Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, berada pada posisi ke 20 pada tingkat konsumsi energi dunia dengan total konsumsi sebesar 1,1% dari total energi dunia pada tahun 2005. Perbandingan sumber-sumber energi dari sepuluh konsumen energi terbesar dunia tersebut bisa dilihat pada Tabel 1 dengan tambahan data konsumsi energi Indonesia.



Tabel 1. Konsumsi energi negara-negara di dunia (dalam juta ton setara minyak)
*Sumber: BP Statistical Review of World Energy 2005


Indonesia sendiri telah menyusun rancangan diversifikasi energi untuk mengatasi permasalahan ini. Pada tahun 2006, Indonesia masih memanfaatkan minyak bumi sebanyak 52% dari total keseluruhan kebutuhan energi. Berdasarkan rancangan untuk tahun 2025, energi alternatif mendapatkan porsi sekitar 17 % kebutuhan energi.


Gambar 1. Persentase diversifikasi energi Indonesia pada tahun 2005 dan perencanaan diversifikasi energi untuk tahun 2025 (Bauran Energi 2025 - ESDM)


Dari uraian perencanaan energi ESDM diatas, terlihat bahwa Indonesia masih menggantungkan kebutuhan energi kepada sumber energi fosil, yakni sekitar sebesar 83 %. Indonesia mungkin masih lebih baik jikalau dibandingkan dengan India yang hanya memberikan porsi 5-6 % penggunaan energi alternatif untuk tahun 2032. Namun kita masih kalah jikalau dibandingkan dengan Jepang yang menargetkan untuk meningkatkan sumber energi terbarukan hingga 26% dari total kebutuhan energi negeri itu pada 2030.

Hal ini tentu patut untuk dijadikan bahan perhatian bagi kita bersama. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki berbagai alternatif untuk dijadikan energi terbarukan, sebut saja tenaga geotermal, tenaga air dan ombak laut, tenaga angin, tenaga surya, hingga sumber energi dari berbagai tumbuhan. Selama ini telah banyak penelitian dan studi terkait energi alternatif, banyak pilihan telah diajukan. Namun, hingga saat ini tampaknya belum ada pengembangan yang signifikan, bahkan untuk salahsatu sumber terbarukan pun belum ada hasil yang dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai alternatif sumber energi.

Sebagai perbandingan, negara-negara maju di dunia memiliki cara yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan energinya masing-masing. Pada tahun 1992 Amerika Serikat merupakan negara terbesar dalam penggunaan sel surya yang mencapai 43,5 MW, jauh melebihi Jepang yang memiliki sel surya terpasang sebesar 19 MW atau Jerman yang hanya 5,6 MW. Dalam perkembangannya, seperti dilaporkan dalam laporan tahunan IEA Photovoltaic Power Systems (IEA-PVPS) Programme yang dikeluarkan September 2005; di tahun 2004 Amerika Serikat “hanya” mampu membangun sel surya terpasang sebesar 365,2 MW jauh di bawah Jerman yang memasang sel surya sebesar 794 MW atau Jepang yang telah mencapai 1132 MW. Prancis secara serius menggarap sumber energi nuklirnya hingga mampu memproduksi setara 101,4 juta ton minyak (jumlah ini merupakan 16,2% dari total energi nuklir di dunia yang merupakan kedua terbesar setelah Amerika). Di Perancis nuklir menjadi sumber energi utama dibandingkan dengan minyak, gas ataupun batubara. Cara yang sama ditempuh oleh Kanada dengan memperbesar konsumsi gas alam dan sumber energi airnya sehingga jumlah keduanya mencapai 51%, jauh diatas konsumsi minyaknya yaitu 32,4% (Kanada merupakan negara yang memproduksi energi hydro terbesar di dunia yang mencapai 12% dari seluruh energi hydro di seluruh dunia).

Dari uraian mengenai pengembangan energi alternatif di beberapa negara, kita berharap Indonesia dapat memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan sumber daya alternatif. Kita memiliki sumber energi yang jauh lebih lebih beragama jikalau dibandingkan dengan negara lain. Indonesia mungkin tidak memiliki alokasi dana sebesar Amerika, Jepang ataupun Cina. Namun kita memiliki banyak pilihan, yang dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang ada. Untuk itu, mari kita sama-sama berusaha untuk mengembangkan dan melakukan implementasi nyata teknologi energi alternatif yang sesuai dengan sumber daya dan kebutuhan negara ini.

Ditulis oleh : Evan Kamaratul Insani (NIM 13306090)

Sumber :
- id-jurnal.blogspot.com/2010/08/melirik-k...i-terbarukan-di.html
- www.kamusilmiah.com/lingkungan/meneropon...-dunia-bagian-kedua/
- gamil-opinion.blogspot.com/2008/11/elast...tensitas-energi.html
- www.esdm.go.id/news-archives/56-artikel/...rnatif-di-india.html
Diversifikasi Sumber ...
Category: Bentuk Energi Baru
More
Time to create page: 0.33 seconds
Joomla SEO powered by JoomSEF

Majalah

Lihat edisi