Majalah Energi

sustainable energy monthly magazine

Resensi : General Check-Up Kelistrikan Nasional

Attention: open in a new window. PDFPrintE-mail


Judul Buku  : General Check-Up Kelistrikan Nasional
Penulis        : Ali Herman Ibrahim
Penerbit      : Mediaplus Network
Cetakan      : Cetakan 1, November 2008
Hal              : 208 hal
ISBN           : 9789791889803

Sejarah kelistrikan di Indonesia bahkan sudah lebih tua dari umur republik kita. Tercatat sejak jaman Belanda sudah ada Sperusahaan listrik NV NIGM, perusahaan swasta yang membangun dan mengoperasikan pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Sejak kemerdekaan, dilakukan nasionalisasi dan diserahkelolakan ke pemerintah Indonesia. Presiden Sukarno, Presiden Republik Indonesia pada saat itu menggabungkannya menjadi Perusahaan Jawatan Listrik dan Gas. Perkembangan selanjutnya berubah menjadi Badan Pimpinan Umum PLN (BPU-PLN). Pada tahun 1965, di ubah lagi dengan di pisah antara Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Perusahaan Gas Negara (PGN), dengan status PLN sebagai Perusahaan Umum (Perum). Dan terakhir PLN berubah status menjadi Perseroan Terbatas pada tahun 1994.

.

Buku ini memberikan gambaran tentang kinerja PLN mulai dari sebelum krisis 1998, sejak menjadi PT 1994. Kinerja PLN pada saat itu adalah baik, dalam arti PLN mampu menikmati keuntungan dan dapat mengimbangi kenaikan permintaan listrik. Pada masa krisis, karena beban operasional PLN melonjak dan tidak sebanding dengan pendapatannya maka PLN mengalami kerugian. Krisis menyebabkan melonjak nya biaya produksi dan juga hutang PLN yang harus di bayar dalam dolar Amerika Serikat, sementara pendapatan PLN adalah dalam rupiah.

Terangkum ada tiga permasalahan utama, seperti yang di ungkap dalam buku ini, yaitu pembengkakan biaya operasional, melambungnya nilai yang di dominasi mata uang asing (terutama dolar Amerika Serikat) dan peningkatan biaya investasi pembangunan pembangkit baru. Di dalam buku ini digambarkan sebuah dilema bahwa PLN harus mematok harga jual listriknya sesuai dengan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang ditetapkan pemerintah, namun ketika PLN harus membeli bahan bakar untuk pembangkitnya maka harus mengikuti tarif yang berlaku sesuai harga pasar. Di samping itu PLN juga memiliki masalah ketersediaan bahan bakar yang cukup dan berkelanjutan dalam memasok pembangkit. Tantangan lain adalah industri batu bara dalam negeri lebih suka mengekspor batubaranya dari pada dijual ke PLN.

Gambaran tentang buku ini secara ringkas dituliskan oleh Dahlan Iskan dalam pengantarnya : “Ibarat hemat listrik, inilah buku yang tidak perlu tebal tapi sudah memuat seluruh persoalan listrik yang begitu rumit di Indonesia. Bahkan sudah berikut jalan keluarnya”

Prihatmaka, ST
Engineering & Construction for Combined Cycle
Power Plant 130 MW
PT. Bekasi Power

Joomla SEO powered by JoomSEF

Majalah

Lihat edisi