Kebutuhan akan BBM di dalam negeri belakangan ini meningkat pesat dan mendesak untuk segera disediakan. Penyediaan BBM biasanya dari produksi dalam negeri dan impor luar negeri. Kebutuhan akan BBM ini seakan menjadi bom waktu di Indonesia terhadap kelansungan berbagai kegiatan yang membutuhkan BBM seperti industri. Apalagi produksi BBM dibawah jumlah konsumsinya sehingga memerlukan energi alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan akan energi.
Salah satu potensi kekayaan alam yang kita miliki adalah tumbuhan dan tanaman. Bukan hanya kulit, biji, daun, akar dan buah yang memberi manfaat bagi kebutuhan pangan dan papan, tumbuhan dan tanaman juga berpotensi memberi kita kecukupan akan bahan bakar baik untuk industri, transportasi dan kebutuhan masak-memasak dirumah. Bahan bakar dari tumbuhan dan tanaman ini yang kemudian kita populerkan sebagai bahan bakar nabati dengan beragam istilah teknik seperti biomass, biogas, biofuel, biodiesel dan bioethanol plus istilah-istilah yang berupa varian dari istilah dasar tersebut. Salah satunya adalah minyak kelapa sawit dirasa mampu sebagai alternatif pengganti BBM.
Pengolahan Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit ini biasa digunakan sebagai biodiesel. Pemrosesan minyak kelapa sawit sebenarnya dibagi menjadi dua bagian, yakni pemrosesan untuk mendapatkan minyak yang ada pada sabut kelapa sawit, minyak tersebut dikenal sebagai minyak sawit atau palm oil, dan pemrosesan untuk mendapatkan minyak pada biji kelapa sawit dikenal sebagai minyak biji sawit atau palmed kernel oil. Perbedaannya adalah pada kandungannya. Palm oil banyak mengandung asam lemak jenuh palmitic dan stearic, sedangkan palm kernel oil komposisinya banyak mengan dung asam lemak jenuh lauric dan myristic.
Sifat Fisik Minyak Sawit
Produksi minyak dari kelapa sawit diarahkan pada palm oil karena bahan baku biodiesel umumnya adalah palm oil. Pengambilan palm oil dari dari kelapa sawit diawali dengan proses sterilisasi untuk memudahkan pelepasan kelapa sawit dari tandannya kemudian dilanjutkan dengan proses ekstraksi untuk mengambil minyak dari sabut kelapa sawit. Ekstraksi palm oil dilakukan secara dua tahap, yakni ekstraksi mekanik kemudian ekstraksi menggunakan pelarut. Ekstraksi mekanik dilakukan pada screw press, kemudian ampas sabut dari tahap tersebut diekstraksi kembali menggunakan pelarut seperti heksan, etanol, dan lain-lain. Hasil ekstraksi ini dikenal sebagai minyak sawit kotor atau crude palm oil (CPO).
Crude palm oil akan menjadi refined oil apabila sudah mengalami proses pembersihan atau rafinasi untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan bau tidak enak. Kotoran tersebut adalah komponen non – gliserida, asam – asam lemak bebas, partikel protein, fosfatida, warna. Proses rafinasi meliputi :
I. Degumming bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang bersifat koloidal.
II. Netralisasi bertujuan untuk menghilangkan asam lemak bebas penyebab bau tengik.
III. Bleaching bertujuan untuk menghilangkan zat warna baik yang terlarut maupun yang terdispersi.
IV. Deodorisasi bertujuan untuk menghilangkan senyawa karbohidrat tak jenuh, aldehid, keton, dan senyawa lain yang memiliki volatilitas tinggi.
V. Fraksiosinasi bertujuan untuk memisahkan lemak cair (minyak) dengan lemak padat.
Perhitungan Harga Minyak Kelapa Sawit
Harga menjadi salah satu penjamin penarik minat pengguna energi. Harga energi alternatif yang jauh lebih mahal dari energi fossil menyebabkan orang lebih memilih menggunakan energi fossil dan tentu saja energi alternatif ini akan kalah pamor.
Berikut perhitungan harga minyak kelapa sawit
Untuk 1 liter minyak kelapa sawit dibutuhkan 5 kg kelapa sawit.
- Untuk harga kelapa sawit Rp 800,-/kg, maka biaya bahan mentah untuk 1 liter minyak kelapa sawit adalah Rp 4000,-. Biaya prosesnya Rp 2000,- maka biaya 1 liter Rp 6000,-.
- Untuk harga kelapa sawit Rp 1800,-/kg, maka biaya bahan mentah untuk 1 liter minyak kelapa sawit adalah Rp 9000,-. Biaya prosesnya Rp 2000,- maka biaya 1 liter Rp 11.000,-.
Dari perhitungan diatas bisa disimpulkan, bila harga sawit rendah sebaiknya dibuat untuk energi, namun bila harganya sedang tinggi sebaiknya dijual sebagai minyak goreng.
Gambar perbandingan solar(S-100) dan biodiesel(B-100)
Gambar perbandingan crude palm oil dengan minyak solar
Daftar Pustaka
-Partowidagdo, W., Migas dan Energi di Indonesia, Development Studies Foundation(Pertamina), Jakarta, 2009.
-
www.ccitonline.com/mekanikal/tiki-print_...cle.php?articleId=49
-Partowidagdo, W.dkk., Agenda 21 Sektor Energi untuk Pembangunan Berkelanjutan, UNDP (United Nations Development Program) dan KLH (Kementrian Lingkungan Hidup), Jakarta, 2000.
-
www.bion.cz.cc/fathalaz/biodiesel/cpme-prod/cpome_prod.html