Energi, suatu komoditi yang tiada habis akan kebutuhannya. Dengan energi, manusia menggunakannya agar memudahkan kehidupan. Salah satu yang sedang hangat diperbincangkan saat ini adalah energi nuklir. Energi pembangkit nuklir dihasilkan dari reaksi fisi yang terlepas akibat pemecahan atom oleh neutron. Ataupun reaksi fusi di mana atom – atom saling ditabrakkan sehingga menghasilkan ledakan energi. Dari fenomena fisika inilah manusia mencoba untuk mengambil manfaat untuk menghasilkan energi. Energi nuklir disamping memiliki energi yang sangat besar, nuklir juga mengandung resiko lainnya. Yaitu tingkat radiasinya yang berbahaya. Dalam keberjalanannya, reaktor nuklir bekerja pada kondisi yang ekstrim. Pada reaktor nuklir generasi awal, prosesnya digunakan sangat sulit untuk dikontrol. Sehingga ledakan nuklir yang dihasilkan tidak stabil. Akan tetapi seiring dengan berkembangnya teknologi nuklir, ledakan – ledakan yang terjadi di dalam reaktor menjadi lebih dapat dikendalikan. Begitu pula dengan tingkat keamanan dari pengoperasiannya.
Lalu apakah reaktor nuklir dapat dijalankan di Indonesia ? jawabannya ya.Secara statistik, biaya yang dikeluarkan dengan energi yang dihasilkan oleh reaktor nuklir tidak berbeda jauh dengan yang dihasilkan pembangkit lainnya terutama pembangkit bahan bakar fosil. Biaya dari pembangkit batu bara contohnya rata – rata $0.16/kwh sedangkan dari reaktor nuklir sebesar $0.26/kwh(data dari
www.unenergy.org/Popup%20pages/Comparecosts.html) . Tidak berbeda jauh, bahkan biaya pembangkit nuklir cenderung lebih mahal. Jadi, untuk apa kita memilih energi nuklir ? Penggunaan bahan bakar fosil memang mudah, kita tinggal membakarnya untuk mendapatkan energi. Akan tetapi jumlah bahan bakar tersebut terbatas dan semakin menipis akibat ekploitasi sehingga akan sulit bagi kebanyakan pengguna untuk terus bergantung pada energi tersebut. Mayoritas dari negara - negara maju seperti Jepang, Cina, Amerika, dan sebagian eropa telah menggunakan energi nuklir sebagai pembangkitnya. Pada tahun 2009, sebanyak 13 – 14 %( World Nuclear Association. Another drop in nuclear generation World Nuclear News, 5 mei 2010). energi dunia berasal dari nuklir. Bahkan negara Perancis hampir 80 % kebutuhan energi listriknya disuplai dari pembangkit nuklir.
Secara biaya energy yang dihasilkan, memang tidak terlihat keuntungan yang berarti selain teknologi yang lebih tinggi. Namun jika kita melihat dampak yang dihasilkan bagi lingkungan, sangatlah berbeda. Emisi yang diproduksi dibandingan energy yang di hasilkan pembangkit batu bara misalnya mencapai 1020 g/kWh (US EPA Clean Energy—Coal). Sedangkan untuk nuklir hanya 66,08 g/kWh(2008, Benjamin K. Sovacool). Dengan kondisi bumi saat ini, penggunaan energy bumi menjadi sangat layak untuk dipertimbangkan. Fenomena pemanasan global akibat banyaknya polusi yang dihasilkan dari bahan bakar fosil harus secepatnya dikurangi. Jika tidak, dampaknya terhadap lingkungan akan terasa, tidak hanya bagi kita, tetapi juga untuk generasi selanjutnya.
Memang, energi nuklir secara aplikasi masih mahal untuk dijalankan di indonesia. Dengan berkembangnya pemanfaatan nuklir di dunia, maka biaya akan dapat direduksi. Selain itu dengan kita masuk ke dalam dunia teknologi nuklir, maka secara tidak langsung kita akan masuk ke dalam percaturan dunia teknologi nuklir. Mulai dari pengembangan pembangkitnya, sampai rekayasa fenomena nuklir tersebut. Secara wacana tentu banyak sekali yang dapat dikembangkan. Satu pertanyaan, kapan kita mulai ?
Sebagai analogi, ketika pesawat terbang berawak pertama kali diterbangkan pada tahun 1903, hanya dapat terbang selama 12 detik dan mengangkut 1 orang. Sebelum itu, manusia dapat terbang dengan menggunakan mesin hanyalah mimpi. Setelah berkembang beberapa tahun, pesawat tersebut dapat terbang lebih lama tergantung dari banyaknya bahan bakar yang dibawa. Bahkan dalam perkembangannya, pesawat dirancang untuk mengangkut lebih banyak lagi penumpang sampai akhirnya penerbangan komersil pertama dilakukan pada tahun 1914. Mulanya banyak orang yang masih takut untuk menaiki pesawat terbang. Akan tetapi seiring dengan perkembangan teknologi, pesawat terbang menjadi kendaraan yang lazim untuk dinaiki. Sebagai perbandingan saat ini tingkat kecelakaan pada pesawat terbang secara statistik 1 : 11000000 yang artinya dari 11 juta kali penerbangan ada kemungkinan 1 kali terjadi kecelakaan (General Aviation - USA 2004). jadi walaupun berbahaya, tapi resiko dapat diminimalisir.
Dengan adanya tujuan yang ingin dicapai, manusia menggunakan akal dan keberaniannya untuk membuat suatu perubahan.Tidak terbatas apakah manusia tersebut memiliki kelebihan sumber daya alam, geografis, maupun historis. Tidak ada perubahan tanpa adanya perbuatan.