Diversifikasi Sumber Energi : Kebijakan Pengembangan Energi Alternatif Indonesia
Permasalahan lingkungan dan energi global merupakan isu yang hangat dibicarakan akhir-akhir ini. Dimulai dari kelangkaan sumber energi fosil yang mengakibatkan tingginya harga minyak dan gas, pasokan listrik yang tidak merata dan tidak menjangkau daerah-daerah terpencil, hingga isu pemanasan global yang diakibatkan emisi CO2.
Diversifikasi energi untuk mengurangi ketergantungan energi nasional terhadap suplai dari minyak bumi menjadi trenbaru dari kebijakan energi dibanyak negara di samping efisiensi energi (penghematan energi) yang dilakukan secara terstruktur. Penggunaan energi terbarukan menjadi salah satu kebijakan yang harus diambil jika suatu negara menginginkan terjaganya stabilitas perekonomiannya. Berbagai sumber energi telah ditemukan seperti energi matahari, energi angin, energi laut hingga energi nuklir. Sebagai contoh, Jepang, Cina dan beberapa negara Eropa telah melakukan komersialisasi terhadap sumber energi matahari melalui teknologi solar cell. Selain itu, sumber energi hidrogen juga sudah digunakan sebagai sumber energi pada mobil dengan teknologi hybrid. Beberapa negara juga sudah mulai membangun berbagai pembangkit listrik geotermal yang disinyalir dapat memberikan suplai energi yang besar.
Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, berada pada posisi ke 20 pada tingkat konsumsi energi dunia dengan total konsumsi sebesar 1,1% dari total energi dunia pada tahun 2005. Perbandingan sumber-sumber energi dari sepuluh konsumen energi terbesar dunia tersebut bisa dilihat pada Tabel 1 dengan tambahan data konsumsi energi Indonesia.

Tabel 1. Konsumsi energi negara-negara di dunia (dalam juta ton setara minyak)
*Sumber: BP Statistical Review of World Energy 2005
Indonesia sendiri telah menyusun rancangan diversifikasi energi untuk mengatasi permasalahan ini. Pada tahun 2006, Indonesia masih memanfaatkan minyak bumi sebanyak 52% dari total keseluruhan kebutuhan energi. Berdasarkan rancangan untuk tahun 2025, energi alternatif mendapatkan porsi sekitar 17 % kebutuhan energi.

Gambar 1. Persentase diversifikasi energi Indonesia pada tahun 2005 dan perencanaan diversifikasi energi untuk tahun 2025 (Bauran Energi 2025 - ESDM)
Dari uraian perencanaan energi ESDM diatas, terlihat bahwa Indonesia masih menggantungkan kebutuhan energi kepada sumber energi fosil, yakni sekitar sebesar 83 %. Indonesia mungkin masih lebih baik jikalau dibandingkan dengan India yang hanya memberikan porsi 5-6 % penggunaan energi alternatif untuk tahun 2032. Namun kita masih kalah jikalau dibandingkan dengan Jepang yang menargetkan untuk meningkatkan sumber energi terbarukan hingga 26% dari total kebutuhan energi negeri itu pada 2030.
Hal ini tentu patut untuk dijadikan bahan perhatian bagi kita bersama. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki berbagai alternatif untuk dijadikan energi terbarukan, sebut saja tenaga geotermal, tenaga air dan ombak laut, tenaga angin, tenaga surya, hingga sumber energi dari berbagai tumbuhan. Selama ini telah banyak penelitian dan studi terkait energi alternatif, banyak pilihan telah diajukan. Namun, hingga saat ini tampaknya belum ada pengembangan yang signifikan, bahkan untuk salahsatu sumber terbarukan pun belum ada hasil yang dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai alternatif sumber energi.
Sebagai perbandingan, negara-negara maju di dunia memiliki cara yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan energinya masing-masing. Pada tahun 1992 Amerika Serikat merupakan negara terbesar dalam penggunaan sel surya yang mencapai 43,5 MW, jauh melebihi Jepang yang memiliki sel surya terpasang sebesar 19 MW atau Jerman yang hanya 5,6 MW. Dalam perkembangannya, seperti dilaporkan dalam laporan tahunan IEA Photovoltaic Power Systems (IEA-PVPS) Programme yang dikeluarkan September 2005; di tahun 2004 Amerika Serikat “hanya” mampu membangun sel surya terpasang sebesar 365,2 MW jauh di bawah Jerman yang memasang sel surya sebesar 794 MW atau Jepang yang telah mencapai 1132 MW. Prancis secara serius menggarap sumber energi nuklirnya hingga mampu memproduksi setara 101,4 juta ton minyak (jumlah ini merupakan 16,2% dari total energi nuklir di dunia yang merupakan kedua terbesar setelah Amerika). Di Perancis nuklir menjadi sumber energi utama dibandingkan dengan minyak, gas ataupun batubara. Cara yang sama ditempuh oleh Kanada dengan memperbesar konsumsi gas alam dan sumber energi airnya sehingga jumlah keduanya mencapai 51%, jauh diatas konsumsi minyaknya yaitu 32,4% (Kanada merupakan negara yang memproduksi energi hydro terbesar di dunia yang mencapai 12% dari seluruh energi hydro di seluruh dunia).
Dari uraian mengenai pengembangan energi alternatif di beberapa negara, kita berharap Indonesia dapat memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan sumber daya alternatif. Kita memiliki sumber energi yang jauh lebih lebih beragama jikalau dibandingkan dengan negara lain. Indonesia mungkin tidak memiliki alokasi dana sebesar Amerika, Jepang ataupun Cina. Namun kita memiliki banyak pilihan, yang dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang ada. Untuk itu, mari kita sama-sama berusaha untuk mengembangkan dan melakukan implementasi nyata teknologi energi alternatif yang sesuai dengan sumber daya dan kebutuhan negara ini.
Ditulis oleh : Evan Kamaratul Insani (NIM 13306090)
Sumber :
- id-jurnal.blogspot.com/2010/08/melirik-k...i-terbarukan-di.html
- www.kamusilmiah.com/lingkungan/meneropon...-dunia-bagian-kedua/
- gamil-opinion.blogspot.com/2008/11/elast...tensitas-energi.html
- www.esdm.go.id/news-archives/56-artikel/...rnatif-di-india.html